Nama:Umi Nadliroh(32)
Kelas:X-MIPA 2
Daun Berlangkas(Polyscias guilfoylei)
•Deskripsi
Daun berlangkas ini yaitu perdu tegak atau pohon kecil yang tingginya mencapai 2-3 m. Batangnya ini tegak, berkayu, bulat, dan hijau kekuningan. Daunnya bulat telur, rata atau keriting, tepinya bergerigi halus tersusun ganda. Pertulangan daun menyirip, mempunyai ukuran 8-15 cm × 3-7 cm. Bunganya berjumlah 5-8 kuntum yang tersusun dalam payung, dan perhiasan bunganya berwarna hijau dan mempunyai ukuran kecil. Tumbuh di ketiak daun, kelopaknya mempunyai bentuk mangkok, bertaju, kelopak bunga mempunyai bentuk mangkok, mahkota bunga mempunyai bentuk bulat telur, halus, benang sari silindris, dan berwarna kuning. Buahnya tergolong buah buni, bulat, dan berwarna hijau keunguan. Bijinya bulat pipih berwarna hitam. Sedangkan akarnya tergolong akar tunggang berwarna coklat.
•Klasifikasi
Kingdom: Plantae
(tanpa takson): Angiosperma
(tanpa takson): Eudikotil
(tanpa takson): Asteridae
Ordo: Apiales
Famili: Araliaceae
Subfamili: Aralioideae
Genus: Polyscias
J.R.Forst. & G.Forst.
•Habitat
Daun berlangkas berasal dari kawasan Pasifik, dan sudah menyebar sampai ke Eropa. Di Indonesia, banyak ditanam di kebun, halaman, sepanjang jalan, dan batas-batas pekarangan. Bertumbuh tidak memihak di pekarangan. Di Jawa, daun berlangkas sering ditanam sebagai tanaman pembatas. Di Vietnam, daun berlangkas ditanam sebagai tanaman obat. Memenuhi Heyne mengutip Rumphius bahwa tumbuhan ini berlanjut dibawa masuk ke kota Ternate, Kota Ambon sebagai tanaman hias. Yang unik, daun berlangkas ini dipergunakan sebagai tanaman hias di dalam gedung pengadilan di masa penjajahan Kolonial Belanda di Ambon. Selain itu pula, tumbuhan ini juga diperkenalkan sebagai tanaman obat.
•Manfaat & Kegunaan
Semak ini dipergunakan sebagai lalaban. Diperjual belikan terutama di pasar-pasar di Jawa Barat. Warga mengambil daunnya dari hasil menanam di sekitar rumah mereka, dan acap kali dpergunakan sebagai tanaman pagar. Karena daunnya indah berwarna-warni, spesies ini sering dibangun sebagai menjadi hiasan. Selain itu, daun, pucuk muda, dan akar dikonsumsi mentah-mentah atau dimasak terlebih dahulu. Dahulu, di Ternate, warga memasak daun berlangkas dengan ikan dan daging sebagai campuran sayur. Rumphius mengataan bahwa rasa seluruh pasangan daripada daun berlangkas yaitu tajam. Sementara itu, W.G. Boorsma sebagaimana dikutip oleh Heyne, menyebutkan jikalau akar daun berlangkas rasanya tawar. Akar dan daun dilumat dan direbus dan disaring, dapat dipergunakan sebagai peluruh air seni. Tumbuhan ini juga dipergunakans sebagai obat di Vietnam, Jawa, Fiji, dan Kamboja sebagai analgesik, obat penurun bara, dan pelancar air seni. Tangkainya dipergunakan sebagai dupa oleh pendeta Buddha di Kamboja.
Tumbuhan ini juga mempunyai kadar ekonomi, dimana sejak tahun 1970 petani di kawasan Kabupaten Sukabumi menanam daun kedondong sebagai tanaman hias yang dijual ke Korea dan Jepang dengan harga sebatang pohon harganya 10 ribu Rupiah untuk tanaman berumur 18 bulan.
No comments:
Post a Comment